Review Film My Name Is Khan (Shahrukh Khan), Hapus Image Terorisme Islam


Sinopsis Film My Name is Khan Tayang Malam Ini Pukul 21.00 WIB di ...
Pesan dari film ini adalah mengajak masyarakat dunia khususnya masyarakat Amerika Serikat untuk tidak menjudge bahwa setiap muslim adalah teroris dan tidak pantas mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Selain berusaha menghapuskan stereotip tersebut, film ini juga sedikit menyindir bahwa dunia islam seharusnya dunia yang penuh dengan kasih sayang, mengingat semua ajarannya sangatlah humanistik sekali, sehingga peristiwa teroris bukanlah merupakan ajaran islam dan Film My Name is Khan sangatlah menampar dunia barat, karena menunjukan bahwa Islam bukan teroris dengan segala nilai-nilai yang coba ditunjukan oleh sang pemeran Utama Sakhruh Khan.

Menurut saya, Ideologi yang terdapat dalam film tersebut ada dua jenis yaitu islam radikal dan islam liberal. Untuk Islam radikal, terdapat sebuah scene dimana seorang ustadz berusaha mendoktrin bahwa islam mengajarkan kekerasan kepada para siapa saja yang jalan pikirannya tidak sesuai dengan islam. Hal ini tentu sangat berbeda dengan ajaran Islam mengenai hidup dengan kedamaian dan cinta kasih, bukannyya membinasakan semua yang tidak sejalan. Untuk islam liberal, menurut saya ideologi ini ditunjukan oleh sang tokoh utama Rizwan Khan. Dimulai dari Rizwan yang mau menikahi Mandira, seorang single mom yang beragama Hindu. Jika masih berideologi islam fundamentalis atau konservatif, sudah pasti Rizwan bukannya kukuh tetap menikahi seorang wanita yang beda agamanya tetapi justru akan ’memaksa’ Mandira untuk masuk agama Islam atau bahkan lebih memilih untuk menjauh. Kebebasan berpikir Rizwan inilah yang menunjukan bahwa Islam modern atau liberal lebih terbuka terhadap perubahan dan tidak lagi kolot dan kaku terhadap globalisasi dan juga umat penganut agama lain.

Black september sangat berperan dalam mempengaruhi hubungan islam dengan masyarakat Amerika. Setelah kejadian tersebut, munculah sebuah rasa kebencian dan buruk sangka terhadap semua muslim. Dalam film, kehidupan keluarga Khan—dimana nama Khan sendiri sangat Islam, sehingga mempersulit mereka di negara dimana Islam menjadi negara minoritas—menjadi lebih sulit. Puncak dari kebencian yang berusaha ditunjukan oleh warga Amerika Serikat terhadap muslim adalah dengan meninggalnya putra dari Mandira, hanya karena dia bernama Khan dan mempunyai ayah seorang muslim.

Dalam film My Name is Khan, dengan peran utama Rizwan Khan yang merupakan seorang muslim yang taat, citra mengenai Islam coba ditonjolkan oleh tokoh tersebut. Rizwan Khan dalam setiap perilakunya sangat mengedapankan bahwa Islam selalu melakukan pendekatan cinta kasih ketika melakukan sesuatu bukan dengan kekerasan karena Agama Islam sesuai dengan Kitabnya adalah Agama yang mencintai Kedamaian. Melalui ibu Rizwan Khan, film ini juga mengajarkan mengenai manusia tidak dibedakan berdasarkan darah, suku, warna, bahasa, agama. Tapi dibedakan atas baik atau jahatnya perilaku orang tersebut. Selain itu Rizwan Khan juga selalu berusaha menyelamatkan orang-orang dengan tidak terbatas pada perbedaan, dia melakukannya karena itulah cara manusia hidup, itulah yang diajarkan semua agama pada kita, yaitu hidup rukun dan saling tolong menolong.

Konflik Islam dan Barat dikelola, lagi-lagi, melalui kelakuan si tokoh utama. Rizwan Khan mempunyai keuntungan sebagai seorang yang mengidap autisme, karena dengan keterbelakangannya tersebut, Rizwan agak lambat merespon tindakan dari orang-orang disekitarnya dan karena itu dia tidak mempunyai suatu prasangka buruk tertentu dan terus bergerak dan melakukan sesuatu yang memang menjadi tujuannya tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Walaupun kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi oleh warga non muslim di Amerika Serikat, namun Rizwan tetap berkelakuan baik, karena memang itulah yang sebenarnya di8ajarkan oleh Islam, membentuk sebuah hubungan yang baik, damai, dan penuh kasih sayang terhadap semua manusia dengan tidak terbatas pada perbedaan suku, ras, ataupun agama.

Secara keseluruhan, film ini memotret realitas hubungan antara Islam dan Barat yang memang kurang harmonis. Barat dengan agama mayoritas Kristen dan Islam yang merupakan agama mayoritas kedua di dunia. Sejarah telah membuktikan, yang tidak dapat dipungkiri, bahwa terdapat konflik antara Islam dan Barat (Kristen). Dalam film ini sendiri, walaupun awalnya seorang muslim di Amerika hidup dengan keadaan yang baik, namun karena puncak konflik Islam-Barat yang ditunjukan dengan diserangnya gedung WTC dan Pentagon dengan tertuduh utama teroris beragama Islam, makinlah menjadi-jadi kebencian dan tumbuhnya prasangka buruk dari warga dunia (khususnya Barat) terhadap Islam dan semua penganutnya tanpa kecuali.

Hubungan antara Islam dan Barat memang tidak pernah stabil. Selalu ada pertentangan dan tindakan saling serang, baik oleh pemerintahannya ataupun dari warga negara yang bertindak atas nama agama tertentu. Melalui film ini, Rizwan Khan mencoba menjelaskan bahwa agama Islam bukanlah sebuah agama yang mengedepankan kekerasan. Bukan sebuah agama yang mengajarkan penganutnya untuk menjadi teroris, namun sebuah agama yang mengajarkan kebaikan (seperti semua agama lain yang ada) dan mengedepankan rasa damai dan kasih sayang.

Sisi positif dari film ini yang bisa kita ambil adalah bagaimana kita sebagai individu harus senantiasa berusaha terus menjadi orang baik, karena di dunia ini hanya ada orang baik dan orang jahat. Kepada siapa pun kita harus berbuat baik, dengan tidak memandang ras, agama, bangsa, dan kulit. Dan untuk melengkapinya, kita harus senantiasa berkhusnuzon terhadap orang lain, entah itu orang Muslim atau Kristen sekalipun.

Oleh Audi UI Hakim, kompasiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film 3 Idiots (Aamir Khan), Hakikat dan Falsafah Pendidikan

Review Film Taare Zameen Par (Aamir Khan), Kisah Anak Disleksia

Servis Mobil Gak Pake Bingung, Sebab Ada Layanan Home Service Mitsubishi